Kematian Isa Al-Masih Menurut Al-Quran Dan Hadits
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai 'Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu (mewafatkanmu) dan mengangkat kamu kepada-Ku." (QS Ali 'Imran [3]:55).
Apakah pengertian yang menyebutkan Isa 'wafat' dalam surah ali Imran ini mengandung makna yang sesungguhnya atau bukan? Mari sama-sama kita telusuri.
Makna 'wafat' yang tepat di sini adalah 'tidur'. Yaitu, Allah mengangkat nabi Isa ke sisi-Nya dalam keadaan tidur. Dalam bahasa Arab, kata 'tidur' sah dipakaikan dalam makna wafat, setidaknya hampir serupa dengan wafat (mati), sebagaimana firman Allah:
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي
قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Ia tahan jiwa (orang) yang telah ia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan." (QS az-Zumar [39]:42)
Ayat ini menjelaskan bahwa manusia (hidup) sesungguhnya wafat di dalam tidur. Saat tertidur - dan ruh terpisah dari jasad - manusia praktis kehilangan kepekaannya sebagai makhluk hidup. Otak meraka sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan gerak atau aktifitas bagian mana pun dari seluruh organ tubuhnya (kecuali hal-hal yang terjadi di alam bawah sadar seperti mengigau, tidur berjalan dan hal-hal sejenis itu).
Saat terbangun dari tidur, atau tepatnya saat ruhnya dikembalikan oleh Allah SWT ke jasad masing-masing, maka kecuali Allah SWT menghendaki lain, segala kemampuan normalnya sebagai manusia akan kembali berfungsi sebagaimana biasanya.
Dalam hadits disebutkan bahwa sebelum beranjak tidur Rasululah SAW selalu berdoa:
"Dengan Nama-Mu wahai Tuhanku, aku baringkan badanku, dan dengan Nama-Mu juga aku mengangkatnya. Kalau Engkau mencabut nyawaku, sayangilah ia, dan jika Engkau belum mencabutnya, jagalah ia sebagaimana Engkau menjaga nyawa hamba-hamba-Mu yang shalih". [1]
Ketika Rasulullah SAW terbangun, ia membaca doa:
"Segala puji bagi Allah Yang telah menghidupkan kami setelah Dia mematikan kami, dan hanya kepada-Nya tempat kembali." [2] serta membaca: "Segala puji bagi Allah Yang telah mengembalikan ruhku kepadaku dan Yang telah menyehatkan jasadku." [3]
Dengan adanya hadits-hadits ini jelaslah bahwa makna ayat tersebut adalah: "Sesungguhnya Aku mematikanmu (seperti rupa yang mati waktu tidur), ketika itu engkau tidak merasakan diangkat ke langit."
Artinya nabi Isa tertidur pulas, dan dalam keadaan tidur pulas itulah Allah mengangkatnya ke langit sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Nabi Isa tidak terbangun kecuali setelah sampai di langit. Ulama lain berpendapat, nabi Isa diwafatkan, dengan pengertian mati yang sesungguhnya, namun hanya sebentar. Ketika dalam kondisi tidak bernyawa, ia diangkat ke langit, kemudian ia dibangkitkan, dan kembali hidup.
Lebih jauh tentang hal ini, mari sama-sama kita simak penjelasan berikut:
Mathar al-Warraq menafsirkan ayat "Sesungguhnya Aku mewafatkanmu ..." bermakna mewafatkanmu dari dunia, tapi bukan berarti mati. Penafsiran yang sama juga ditarik oleh Ibnu Jarir: Sesungguhnya wafatnya Isa AS adalah diangkatnya ia dari dunia karena telah ditetapkan bukan sebagai ahli (penghuni) dunia lagi.
Dan atas kuasa Allah SWT setelah itu ia tidak lagi memerlukan segala kebutuhan ahli dunia seperti makan, minum, tidur, dan lain-lain hal yang bersifat manusiawi. Cukup banyak hadits yang mengkabarkan tentang turunnya nabi Isa AS di akhir zaman nanti, dan ia akan menjalankan hukum Islam. Ia akan mematahkan palang-palang salib, memusnahkan babi, meniadakan upeti (pajak), dan yang ia terima hanyalah agama Islam. Hal ini diperkuat oleh firman Allah SWT:
"Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya (sebelum kematian Isa). Dan di hari akhir nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka" (QS. an-Nisa'[4]: 159).
Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Mufti Saudi Arabia, rahimahullah menulis dalam bukunya Majmu' Al Fatawa, Bab: Tauhid dan hal-hal yang berkenaan dengannya (1/433) sebagai berikut:
Para ulama berbeda pendapat mengenai penafsiran kata almutawaffa (dimatikan/diwafatkan) yang ada dalam ayat "(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu (mewafatkanmu) dan mengongkat kamu kepada-Ku."
Pendapat-pendapat tersebut di antaranya:
Pertama: Yang dimaksud dengan wafat di sini adalah wafat dalam artian mati, sebab itulah pengertian yang zahir (tekstual) dari ayat tersebut jika tidak disandingkan dengan bukti-bukti terkait lainnya. Dan dikarenakan kata mutawaffa terdapat dalam al-Quran lebih dari sekali, seperti dalam ayat: "Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu..." (QS. As-Sajadah[32]:11), dan dalam ayat: "Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakan olehmu siksa neraka yang membakar" (QS. Al-Anfal[8]:50). Demikian pula di ayat lain, kata waffa juga memiliki pengertian 'mati'. Atas dasar makna inilah penafsiran ayat tersebut memakai uslub (gaya) taqdim dan ta'khir.
Kedua: Dengan makna qabd (berada dalam genggaman). Pendapat ini dinukil Ibnu Jarir dalam kitab tafsirnya dari sekelompok ulama salaf, dan Ibnu Jarir memilih pendapat ini sekaligus mendudukkannya di tingkat pertama dibanding dengan pendapat-pendapat lain. Dengan demikian, makna ayat tersebut adalah sebagai berikut: "Sesungguhnya Akulah yang menggenggammu dari bumi ke alam langit, engkau dalam keadaan hidup kemudian aku mengangkatmu ke sisi-Ku."
Dalam ucapan orang-orang Arab juga terdapat makna yang persis dengan makna waffa dalam ayat tersebut, yaitu: "tawaffaitu maali min fulan," maksudnya, aku menggenggam (menguasai) seluruh harta kekayaanku dari si Fulan. Atau dengan kata lain, aku berkuasa sepenuhnya atas kekayaanku dari gangguan si fulan.
Ketiga: Maksud wafat pada ayat tersebut adalah wafat yang berarti 'tidur'. Sebab kata naum(tidur) dalam bahasa Arab dapat diartikan juga sebagai wafat (mati). Maka pemaknaan ayat tersebut adalah tidur dengan merujuk kepada dalil dari ayat-ayat al-Qur'an seperti firman Allah SWT yang artinya: "Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari", dan ayat: "Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka la tahanlah jiwa (orang) yang telah ia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan."
Pendapat yang kedua dan ketiga lebih kuat dari pendapat yang pertama. Kesimpulannya, pendapat yang benar adalah yang didukung oleh dalil-dalil yang jelas, dan dikuatkan dengan fakta, bahwa ia diangkat ke langit dalam keadaan hidup. Dengan kata lain Nabi Isa AS belum pernah mati, dan senantiasa dalam keadaan hidup di langit sampai pada suatu saat nanti akan turun ke bumi untuk melaksanakan tugas yang diembannya sesuai dengan pemberitaan lewat hadits-hadits shahih dari Nabi Muhammad SAW. Setelah menyelesaikan tugas-tugas itu, barulah beliau wafat - sesuai dengan takdir yang sudah ditetapkan Allah.
Dari keterangan ini dapat dimengerti bahwa penafsiran kata "yatawaffa" dengan makna maut (mati dengan dicabut nyawa) adalah pendapat yang lemah, tidak akurat. Sekiranya pun pendapat itu benar, maka sudah barang tentu yang dimaksud adalah wafatnya Isa di akhir zaman nanti. Artinya, penyebutan kata itu sebelum kejadian "pengangkatan" termasuk gaya bahasa taqdim (mendahulukan sesuatu) dengan makna ta'khir (diakhirkan). Sebab sebagaimana diingatkan oleh ulama dan ahli bahasa Arab, huruf "waw" (kata sambung) tidak selamanya mengandung pengertian tartib (urutan).
Sedangkan anggapan bahwa nabi Isa AS tewas dibunuh, atau tewas disalib, ayat-ayat di dalam Al-Quran secara terang dan tegas membatalkan dan menolaknya. Al-Qur'an juga dengan sendirinya menolak pendapat yang mengatakan bahwa nabi Isa AS tidak diangkat ke langit tapi hijrah ke Kashmir (India) dan lama hidup di sana (sampai wafat secara normal) dan tidak akan turun sebelum hari Kiamat. Dan jika pun ada, maka yang akan datang itu adalah "duplikat" nabi Isa.
Pendapat ini benar-benar pendapat batil, menentang ketetapan Allah SWT dan mendustakan ayat-ayat Allah SWT serta hadits Rasulullah SAW yang jelas menyiratkan bahwa Nabi Isa AS senantiasa hidup sampai sekarang dan akan turun di kemudian hari sebagaimana diberitakan oleh Rasulullah SAW.
Berpegang pada keterangan di atas tentunya kita menjadi lebih faham bahwasanya siapa pun yang "mengklaim" nabi Isa AS tewas terbunuh di tiang salib, atau yang mengatakan bahwa nabi Isa AS berhijrah ke negeri Kashmir dan hidup di sana cukup lama sebelum mati dengan cara yang normal - dan setelah mati tidak pula diangkat ke langit - adalah pendapat yang menentang Allah SWT, mendustakan ayat-ayat Allah SWT, serta menafikan hadits Rasulullah SAW.
Kita semua tahu bahwa barangsiapa mendustakan Allah dan Rasul-Nya hukumnya adalah kafir. Oleh karenanya, siapa pun yang (masih) mempercayai pendapat keliru ini hendaknya bersegera ightifar, bertaubat, dan kembali ke jalan yang benar. Kitab Suci al-Quran dan hadits dengan jelas memberitakan bahwa jika seseorang bertaubat dan kembali ke jalan Allah SWT, niscaya ia selamat. Namun jika tidak, maka ia akan mati dalam kekufuran.
Dalil-dalil yang menyatakan bahwa "kematian" Nabi Isa AS tidak seperti yang disangkakan sebagian besar umat Nasrani cukup banyak, bahkan sangat jelas diterangkan oleh Allah SWT sendiri melalui firman-Nya:
"Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, lsa putera Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat lsa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. An-Nisa'[4]:157-158)
Dan ini masih dikuatkan oleh hadits-hadits dari Rasulullah SAW yang memberitakan tentang turunnya nabi Isa AS di akhir zaman sebagai hakim yang adil, yang akan membunuh Dajjal Sang Sesat, mematahkan palang salib, membunuh babi, meniadakan upeti (pajak), dan tiada satu agama pun yang ia terima kecuali agama Islam.
Hadits-hadits tersebut adalah hadits mutawatir dan status shahihnya akurat, sebab berasal dari Rasulullah SAW. Para ulama sependapat menerima berita itu untuk diimani karena ada dalil dan mereka sebutkan sendiri di dalam buku-buku aqidahnya.
Adapun yang menolaknya dengan alasan karena haditsnya hadits ahad, juga tidak dapat menolaknya secara penuh, atau mentakwilkan hadits tersebut dengan pengertian bahwa manusia di akhir zaman nanti berpegang kepada akhlak Al-Masih AS, bersikap lembut, penyayang, merangkul orang-orang dengan semangat, tujuan, dan subtansi hukum - bukan dengan teks atau redaksi hukum - jelas merupakan pendapat yang keliru, batil, dan menyalahi pendapat mayoritas ulama Islam. Pendapat ini bahkan terang-terangan menolaknash yang tsabit (fakta) dan mutawatir sehingga dapat dianggap sebagai tindakan kriminal terhadap syariah, menentang ajaran Islam dan nabi yang ma'shum Muhammd SAW. Sebuah bentuk kebodohan jahiliyah yang menilai sesuatu dengan hukum prasangka dan hawa nafsu, atau keluar dari kebenaran serta petunjuk dari Allah SWT.
Orang yang berpegang teguh pada syariat, yang percaya sepenuhnya kepada para nabi dan rasul pembawa syariat, yang menjunjung tinggi hukum serta segala nash ajarannya, tentu tidak mungkin gegabah dan berani membuat pernyataan seperti itu.
Demikian pula dengan pendapat yang menyatakan bahwa hadits pembawa berita tentang turunnya Nabi Isa AS adalah hadits ahaddan tidak dapat dijadikan landasan hukum, adalah pendapat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pasalnya, hadits-hadits yang memberitakan hal itu cukup banyak, diriwayatkan dalam kitab-kitab hadits shahih, kitabsunan dan kitab musnad para ulama hadits dengan thariqul hadits serta sanad yang bervariasi, telah mencukupi kriteria mutawatir.
Lalu, bagaimana mungkin orang-orang yang pengetahuannya tidak cukup tentang syariah mengatakan tidak menerima dan menolak untuk berpegang pada hadits-hadits ini?
Sekiranya pun hadits-hadits ini dianggap sebagai hadits ahad, perlu difahami bahwa tidak semua hadits ahad tidak layak dijadikan landasan hukum. Sebab sesuai dengan metode ulama hadits dan ahli hahqiq hadits; maka hadits ahad, jika thariq haditsnya banyak,sanadnya lurus dan tidak cacat, ia sah dijadikan sebagai landasan hukun. Dengan metode ini, hadits-hadits tentang berita turunnya nabi Isa adalah hadits yang status keshahihannya sudah lulus kriteria, sanad dan riwayatnya juga bervariasi. Sehingga tidak ada alasan yang tepat untuk menolak hadits-hadits tersebut. Ia sah dijadikan dalil, baik itu disebut sebagai hadits ahad atau hadits mutawatir.
Dengan demikian, semoga kita menjadi lebih mengerti akan kekeliruan syubhat tentang memaknai "kematian" Nabi Isa AS yang telah diselewengkan dari kebenarannya menurut Islam. Tindakan yang paling parah dan penentangan paling dahsyat terhadap Allah SWT dan Rasulullah SAW adalah pendapat yang mentakwilkan hadits-hadits tersebut kepada pengertian yang tiada sangkut-pautnya dengan dalil-dalil hadits.
Pelaku ini telah menggabungkan dua kesalahan sekaligus, yaitu pendustaan atas nash dan ketidakpercayaannya akan berita yang disampaikan melalui hadits Rasulullah SAW tentang turunnya Nabi Isa AS. Ia tidak menerima bahwa Nabi Isa AS akan menjadi hakim adil untuk sekalian umat manusia, membunuh Dajjal, mematahkan salib, dan lain sebagainya. Secara tidak langsung ia telah mengidentikkan Rasulullah SAW - salahsatu manusia terpilih yang paling mengetahui perkara-perkara syariat Allah di antara umat manusia - sebagai orang yang telah mencampuradukkan hukum, tidak sesuai antara ucapan dan maksud (atau tujuan) ucapannya - padahal redaksi ucapan beliau dalam hadits cukup jelas - lalu perkara ini diartikan sebagai puncak pendustaan, pengelabuan serta penggelapan terhadap umat sehingga tidak selayaknya Nabi Muhammad SAW masuk dalam kriteria seorang rasul Tuhan.
Orang yang mentakwilkan ini persis seperti penganut paham atheis yang menisbahkan para nabi dan rasul sebagai fantasi demi kepentingan mayoritas umat manusia, dan menurut mereka apa yang dipetik dari ucapan para nabi bukanlah redaksi yang sesungguhnya. Paham ini telah ditangkis oleh ahlul ilmi wal iman, mereka telah mencoret paham tersebut dengan pena fakta dan bukti-bukti akurat.
Semoga kita terlindungi dari penyakit hati, terhindar dari kerancuan, dari fitnah-fitnah yang menyesatkan, dan dari godaan syaitan. Marilah kita memohon kepada Allah semoga kita terbebas dari ketundukan terhadap hawa nafsu dan syaitan. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada kekuatan yang dapat menyelamatkan kita kecuali kekuasaan Allah yang Maha Agung dan Maha Perkasa.
Semoga keterangan di atas dapat menjadi rujukan menuju kebenaran dan kejelasan aqidah yang diridhai oleh Allah SWT.
Amin Ya, Rabbal Alamin.
[Dari potongan artikel berjudul Isa Alaihissalam Menurut Al-Qur'an Dan Hadits di sini]
CATATAN KAKI:
[1] Hadits HR. Bukhari nomor: 7393 Kitab: Tauhid, Bab: Berdoa dan meminta perlindungan dengan menyertakan Asma'ullah al-Husna. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Muslim dengan nomor hadits: 714. Kitab: Zikir, Doa, Toubat dan Memohon ampun, Bab: Bacaan doa sebelum tidur don ketika berboring'. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Abu Daud dengan nomor hadits: 5050. Kitab: Adab. Bab: Doa sebelum tidur. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ibnu Majah dengan nomor hadits: 3874. Kitab: Doa, Bab: Doa menjelang tidur. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ahmad di kitab hadits Musnad (2/246, 422,432), diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.
[2] HR. Bukhari (nomor hadits: 7394) Kitab: Tauhid, Bab: Berdoa dan meminta perlindungan dengan menyertakan Asma'ullah al-Husna.' Diriwayatkan dari Huzaifah ra. Muslim dengan nomor hadits: 2811. Kitab: Zikir, Doa, Taubat dan Memohon ompun, Bab: Bacaan doa sebelum tidur dan ketika berboring, diriwayatkan dari alBarra' ra. Abu Daud, dengan nomor hadits: 5049 Kitab Adab, Bab: Doa sebelum tidur, diriwayatkan dari Huzaifah ra. Ibnu Majah, dengan nomor hadits: 3880, Kitab: Doo, Bab: Doa ketika terjaga di tengah malam, diriwayatkan dari Huzaifah ra. Ahmad, dalam kitab hadits Musnad (5/385, 387), diriwayatkan dari Huzaifah ra.30. HR. Turmudzi, dengan nomor hadits: 3398, Kitab: Doa-doa. Nasai, dengan nomor hadits: 866, Bab: Amalan siang dan malam. Ibnu Sinni, dengan nomor hadits: 9. Hadits ini shahih menurut Imam Nawani dalam bukunya Af-Adzkar, nomor: 28. Dan oleh al-Bani, hadits ini statusnya hasan, dalam buku Shahih al-Kalim at Thayyib, nomor: 37.
[3] Pendapat yang tepat yang dipilih Ibnu Jarir-rahimahullah dalam tafsir Jami' al-Bayan (3/256), adalah pendapat yang menafsirkan dengan: "Sesungguhnya aku menarikmu dari bumi dan mengangkatmu ke langit." Alasannya, karena hadits-hadits mutawatir dari Rasulullah SAW di antaranya hadits yang menyebutkan bahwa nabi Isa AS akan turun, dan ia akan membunuh Dajjal, kemudian bertahan di muka bumi dalam jangka waktu tertentu. Sementara menurut Asy-Syaukani rahimahullah dalam tafsir Fathul Qadir (1/344), yang tepat adalah bahwa Allah mengangkat nabi Isa AS ke langit tanpa diwafatkan terlebih dahulu. Pendapat ini didukung oleh mufassir-mufassir dan dipilih oleh Ibnu Jarir at Thabari. Alasannya ialah bahwa hadits shahih dari Rasulullah SAW yang mengabarkan turunnya nabi Isa AS dan akan membunuh Dajjal.
.... ne aqu ya.... "mati tenan" kuwi cak...!!!!,.. this proof argument
BalasHapus.
Maha Suci Allah Dengan Segala Firman-Nya
.
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
.
Ali 'Imran 185.
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.....
(Yunus : 49)
“Katakanlah: “Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah. Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).”
“Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan, ….” (Al Waqi’ah : 60)
Al Maidah 117. ...... MAKA SETELAH ENGKAU WAFATKAN AKU (Isa), ENGKAU-LAH YANG MENGAWASI MEREKA. DAN ENGKAU ADALAH MAHA MENYAKSIKAN ATAS SEGALA SESUATU.
(Bukti, setelah wafatnya Isa as dia tak tahu menahu tentang nasib umatnya, Allah SWT yg mengetahui perbuatan umatnya, sampai kiamat)
QS. Maryam 33 : …. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku (Isa as), pada hari aku dilahirkan, PADA HARI AKU MENINGGAL dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali
(Nb : Jelas LAHIR, WAFAT dan DIHIDUPKAN KEMBALI…adalah vase2 hehidupan manusia versi agama samawi)
Ali 'Imran 55. (Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat.
SEMUA NABI – NABI AKAN BERKELAURGA
.
(QS-13: 38).
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-Rasul sebelum engkau, dan Kami memberikan isteri-isteri dan keturunan kepada mereka. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (atau mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab.
....@ by Thomy...
hadis :" Perbedaan diantara umatku adalah rachmat"...
"Berpalinglah kamu dari hal yang meragukan kepada hal yang meyakinkan"....
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad (1/387-388), ia berkata: “Telah meriwayatkan kepada kami Sulaiman ibn Bilal dari Rabi’ah dari Abdul Malik ibn Said dari Abu Humaid atau Abu Usaid, secara marfu’:
“Jika kalian mendengar suatu hadis dariku, hati kalian mengakuinya, perasaan dan kemanusian kalian tersentuh karenanya serta merasakan bahwa kalian dekat, maka itu pasti dariku. Tetapi jika kalian mendengar sebuah hadits dariku, sedang hati kalian merasa mengingkarinya, perasaan dan kemanusiaan kalian terasa janggal, dan merasakan bahwa kalian jauh, maka itu pasti bukan dariku.”
Qs Ali Imran. 7.
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antaranya ada (jenis) ayat-ayat yang Muhkamaat (=ayat yang terang dan mudah dimengerti maksudnya) , itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (jenis ayat-ayat) Mutasyaabihaat (= ayat hanya Allah yang tahu maksudnya, ini bagian dari keajaiban Quran). Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya (=artinya), padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
Walaualam bisawab....Semoga Allah SWT mmembukakan kita pada jalan yang terbaik, amin
* Maha Suci Allah Dengan Segala Firman-Nya
BalasHapus.
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Nabi Isa almasih di selamatkan ALLAH dari rencana penyalibannya..
QS. An-Nisaa' 158:
•~”Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya[379]. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."-(QS.[4]:158)
[379].Ayat ini adalah sebagai bantahan terhadap anggapan orang-orang Yahudi, bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa a.s.
dan..menjelang kiamat kelak, Isa almasih akan diturunkan Allah kembali kebumi untuk menuntaskan Misinya yang belum selesai.
Firman Allah ﷻ:
(Wa-in min ahlil kitaabi ilaa layu'minanna bihi qabla mautihi wayaumal qiyaamati yakuunu 'alaihim syahiidan)
•~”Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya[380]. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka."-(QS.[4]:159)
[380]. Tiap-tiap orang Yahudi dan Nasrani akan beriman kepada Isa sebelum wafatnya, bahwa dia adalah Rasulullah, bukan anak Allah. Sebagian mufassirin berpendapat bahwa mereka mengimani hal itu sebelum wafat.
Sekiranya nabi Isa as sudah wafat, lalu untuk apa lagi beliau di turunkan ke muka bumi??
----
ANONIM wrotes:
Al Maidah 117. ...... MAKA SETELAH ENGKAU WAFATKAN AKU (Isa), ENGKAU-LAH YANG MENGAWASI MEREKA. DAN ENGKAU ADALAH MAHA MENYAKSIKAN ATAS SEGALA SESUATU.
(Bukti, setelah wafatnya Isa as dia tak tahu menahu tentang nasib umatnya, Allah SWT yg mengetahui perbuatan umatnya, sampai kiamat)
^Ayat [5]:117 diatas 👆 tidak cukup dijadikan dalil bahwa Isa almasih saat ini sudah "wafat"/meninggal dunia.
^ Yuk Mari kita bahas sampai tuntas..
QS.[5]:116-117
Artinya:
116:•~"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab:"Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib."-(QS.[5]:116).
(Wa iż qālallāhu yā 'īsabna maryama a anta qulta lin-nāsittakhiżụnī wa ummiya ilāhaini min dụnillāh)
•~"Dan ingatlah ketika Allah berfirman, ‘ Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, ‘ Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?’”
> ini adalah celaan terhadap orang-orang nasrani yang berkata, “sesungguhnya Allah adalah satu dari tiga.” (QS.[5]:73)
Maka Allah berfirman kepada Isa. Isa sendiri berlepas diri dari ucapan tersebut, dia berkata,
“Maha Suci Engkau” dari ucapan buruk ini dan dari segala yang tidak layak untukMu.
--> (Cukup jelas)
117:•~"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu."-(QS.[5]:117).
117. مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَآ أَمَرْتَنِى بِهِۦٓ
•~"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku,"
> Berupa perintah untuk mentauhidkan Engkau dengan sifat ketuhanan-Mu dan beribadah kepada-Mu.
وَكُنتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا
•~”...dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka..,"
Yakni yang menjaga dan mengawasi keadaan mereka dan melarang mereka untuk melanggar perintah-Mu.
فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِى
•~"Maka setelah Engkau wafatkan aku,"
> Yakni Engkau mengangkatku ke langit (QS.[4]:158).
Dan kata "wafat" di sini bukan berarti kematian, namun Isa tetap hidup di langit sebagaimana kehidupannya di bumi dahulu, sampai diturunkan kembali ke bumi di akhir zaman.
Jadi maknanya adalah ketika Engkau mengangkatku ke langit.
كُنتَ أَنتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ۚ
•~”Engkau-lah yang mengawasi mereka")
> Yakni Engkau yang menjaga, mengetahui, dan mengawasi mereka.
----
(bersambung)
QS.An-Nisaa [4]:158
(#sambungan)
HapusQS.An-Nisaa [4]:158
بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
~"Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya. Dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
•> Allah mengangkat Nabi ‘Isa Alaihissallam dalam keadaan hidup dengan ruh dan jasadnya, ayat di atas sebagai dalil untuk membantah orang-orang Yahudi yang menyangka ‘Isa dibunuh dan disalib. Kalau yang diangkat ruhnya saja, maka apa bedanya Nabi ‘Isa dengan Nabi-nabi yang lainnya, bahkan juga kaum Mukminin, semua ruhnya diangkat Allah sesudah wafat! Jadi, tidak beda antara Nabi ‘Isa dengan yang lainnya? Lantas apa manfaat penyebutan diangkat ke langit, kalau bukan yang diangkat ruh dan jasadnya?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
[Wa-innahu la'ilmun li-ssaa'ati falaa tamtarunna bihaa waattabi'uuni hadzaa shiraathun mustaqiimun]
•~“Dan sesungguhnya ‘Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari Kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang Kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.” [QS.[43]:61]
Tafsiran lafazh:
[Wa-innahu la'ilmun li-ssaa'ati]
•~“Dan sesungguhnya ‘Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari Kiamat."
^menurut Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma sebagaimana tercantum dalam kitab Tafsiir Ibni Katsiir adalah turunnya Nabi ‘Isa bin Maryam Alaihissallam sebelum hari Kiamat.
Kemudian dijelaskan juga oleh Ibnu Katsir rahimahullah hadits-hadits tentang turunnya Nabi ‘Isa sebelum hari Kiamat diriwayatkan dari Abu Hurairah, Ibnu ‘Abbas, Abul ‘Aliyah, Abu Malik, Ikrimah, Hasan, Qatadah, ad-Dhahhak dan selainnya. Hadits-hadits turunnya Nabi ‘Isa bin Maryam Alaihissallam sebelum hari Kiamat sebagai Imam yang adil, dan hakim yang bijaksana adalah mutawatir.
Adapun dalil-dalil dari As-Sunnah:
1. Dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhuma, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ عَليهِ السَّلام فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا فَيَقُوْلُ: لاَ، إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ، تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ.
Artinya:
•~“Senantiasa ada segolongan dari ummatku yang berperang demi membela kebenaran sampai hari Kiamat.” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maka kemudian turun Nabi ‘Isa bin Maryam Alaihissallam, kemudian pemimpin golongan yang berperang tersebut berkata kepada Nabi ‘Isa: ‘Kemarilah, shalatlah mengimami kami.’ Kemudian Nabi ‘Isa menjawab: ‘Tidak, sesungguhnya sebagian kalian adalah pemimpin atas sebagian yang lain, sebagai penghormatan bagi umat ini.’” [HR. Muslim no.156(247), dari Sahabat Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu]
2. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لَيُوْشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ عَليهِ السَّلام حَكَمًا عَدْلاً، فَيَكْسِرَ الصَّلِيْبَ، وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيْرَ، وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ، وَيَفِيْضَ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ.
Artinya:
•~“Dan demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sudah dekat saatnya di mana akan turun pada kalian (‘Isa) Ibnu Maryam Alaihissallam sebagai hakim yang adil. Dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menghapus jizyah (upeti/pajak), dan akan melimpah ruah harta benda, hingga tidak ada seorang pun yang mau menerimanya.”[HR. Al-Bukhari kitab Ahaadiitsul Anbiyaa’ bab Nuzuul ‘Isa Ibni Maryam no.3448]
----
(bersambung)
^ Turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam memberikan hikmah yang besar, di antaranya:
(sambungan)
Hapus^ Turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam memberikan hikmah yang besar, di antaranya:
1. Membantah Yahudi yang beranggapan bahwa mereka telah membunuh ‘Isa Alaihissallam. Padahal Nabi ‘Isa-lah yang akan membunuh pimpinan mereka yaitu Dajjal.
2. Sesungguhnya Nabi ‘Isa Alaihissallam mendapatkan di dalam Injil tentang keutamaan ummat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (Al-Fath/48:29). Dan beliau berdo’a agar dimasukkan di antara mereka (ummat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam), lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan do’a beliau ketika beliau turun pada akhir zaman, dan beliau menjadi mujaddid (pembaharu) agama Islam.
3. Bahwa turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam dari langit untuk dimakamkan di bumi, karena tidak ada makhluk dari tanah yang mati di selainnya.
4.Turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam membongkar kebohongan Nashrani, menghancurkan salib, membunuh babi, menghapus upeti.
5. Beliau memiliki keistimewaan yang khusus, karena jarak antara Dia dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat dekat dan tidak ada Nabi lain yang memisahkan antara Nabi ‘Isa Alaihissallam dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
6. Nabi ‘Isa Alaihissallam berhukum dengan syari’at Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjadi pengikut Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau turun tidak membawa syari’at yang baru, karena agama Islam penutup segala agama dan Nabi ‘Isa Alaihissallam menjadi hakim ummat ini, karena tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
7. Zamannya Nabi ‘Isa Alaihissallam adalah zaman yang penuh ketenangan, keamanan dan keselamatan. Allah mengirimkan hujan yang deras, menjadikan bumi mengeluarkan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Harta berlimpah serta dihilangkan sifat-sifat iri, benci, dan dengki.
8. Lamanya Nabi ‘Isa Alaihissallam tinggal di bumi adalah selama 40 tahun.
(Lihat Asyraathus Saa’ah (hal. 355-363), oleh Dr. Yusuf al-Wabil).
Dalam hadits riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Hibban,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَيَمْكُثُ فِي اْلأَرْضِ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً إِمَامًا عَدْلاً وَحَكَماً مُقْسِطًا.
~“Beliau tinggal di bumi selama 40 tahun sebagai imam yang adil dan hakim yang bijaksana.” - [HR. Ahmad (VI/75), Ibnu Hibban no. 1905)
Wallahu a'lam bisawwab.