Paulus tidak pernah menjadi Rasul Kristus
Paulus mengaku sebagai salahsatu rasul Kristus. Tetapi faktanya, bukan!
Mari kita telusuri secara sambil lalu siapa sebenarnya Paulus menurut logika iman umat Kristen sendiri.
Yesus berkata jika seseorang bersaksi tentang dirinya sendiri, kesaksiannya tidak boleh dipercaya: "Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya." (Yohanes 7: 18).
Namun, sebagian besar dari apa yang kita ketahui tentang Paulus adalah apa yang dia nyatakan tentang dirinya sendiri. Misalnya, Paulus berkata tentang murid-murid Yesus: “Apakah mereka pelayan Kristus? --aku berkata seperti orang gila--aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut." (2 Korintus 11: 23).
Yesus berkata, ”Jika Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, kesaksian-Ku tidak benar." (Yohanes 5:31). Sementara Paulus berulang kali bersaksi tentang dirinya sendiri. Karena itu, dia tidak dapat dipercaya. Misalnya, dia mengaku sebagai salahsatu rasul Kristus. (Galatia 1:1). Padahal sejatinya bukan!
TIDAK ADA RASUL KETIGABELAS
Yesus hanya memiliki duabelas rasul, dan pastinya, Paulus bukan salahsatu dari mereka: “Ketika hari siang, Yesus memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.” (Lukas 6: 13-16).
Secara khusus keduabelas murid inilah yang dinyatakan oleh Yesus sebagai rasul. Bagi Yesus, hanya ada duabelas rasul sebab hanya ada duabelas suku Israel. Selain itu, hanya akan tersedia duabelas takhta penghakiman.
MENGAPA HANYA DUABELAS RASUL?
Begini penjelasan Yesus kepada murid-muridnya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.” (Matius 19: 28).
Kota suci Yerusalem Baru pun hanya memiliki dua belas fondasi. Seperti yang diungkapkan Yesus kepada Yohanes: “Tembok kota itu mempunyai duabelas batu dasar dan di atasnya tertulis keduabelas nama kedua belas rasul Anak Domba itu.” (Wahyu 21: 14). Jelas, dalam ayat ini Paulus tidak termasuk dalam kelompok “duabelas rasul anak domba” yang dimaksud oleh Yesus!
SAKSI PALSU
Para rasul Yesus dipilih dari orang-orang yang telah bersamanya sejak awal pelayanannya dan oleh karena itu mereka terdidik dengan baik berdasarkan pokok-pokok ajaran Yesus. Yesus berkata kepada mereka: "Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku." (Yohanes 15:27).
Paulus tidak memenuhi syarat. Sebab dia tidak pernah bersama Yesus sejak awal dan tidak akrab dengan pokok-pokok ajaran Yesus. Tidak ada dalam surat-surat Paulus yang mana pun tentang prinsip utama ajaran Yesus; tidak ada tentang ajaran Khotbah di Bukit; dan tidak ada tentang berbagai perumpamaan Yesus yang mencerahkan seperti yang kemudian dipertanyakan oleh Teolog Ferdinand Christian Baur: “Otoritas macam apa yang boleh dimiliki oleh seorang "rasul" yang tidak seperti rasul-rasul lainnya, tidak pernah dipersiapkan untuk jabatan kerasulan oleh Yesus sendiri tetapi baru setelah ketiadaan Yesus mengklaim jabatan kerasulan untuk dirinya berdasarkan pengakuannya sendiri?”
Karena jumlah rasul yang dibutuhkan adalah duabelas, setelah Yudas bunuh diri, sebelas rasul yang tersisa memutuskan untuk memilih rasul keduabelas yang baru. Beginilah Petrus menetapkan kriteria untuk membuat pilihan itu: “Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya.” (Kisah 1: 21-22).
Paul sama sekali tidak memenuhi persyaratan ini. Dia bukan saksi kebangkitan Yesus. Setelah Matias dipilih, Lukas mengatakan tidak ada lagi rasul yang dipilih. Mereka tetap menjadi kelompok eksklusif: “Tidak ada dari yang lainnya memberanikan diri untuk bergabung dengan mereka, tetapi orang-orang sangat memuliakan mereka” (Kisah 5:13). Secara signifikan, setelah kematian Yakobus, rasul lain tidak dipilih untuk menggantikannya karena, tidak seperti Yudas, status Yakobus tetap sebagai salahsatu dari duabelas rasul Yesus.
RASUL PALSU
Paulus adalah seorang rasul gadung yang mendaulat dirinya sendiri sebagai rasul Kristus. Ini dijelaskan oleh banyak kesalahannya. Sebagai contoh, Paulus bercerita tentang kebangkitan Yesus: “Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada keduabelas murid-Nya.” (1Korintus 15: 5). Padahal Yesus menampakkan diri hanya kepada sebelas murid, karena Yudas sudah lebih dulu mati bunuh diri. (Lukas 24: 33-34). Ketika Yesus bangkit, jumlah murid Yesus pada hari Pentakosta adalah 120. (Kisah 1: 15). Namun Paulus mengatakan Yesus menampakkan diri kepada 500 orang. (1Korintus 15: 5-6).
Yesus memuji orang Efesus karena menolak rasul palsu seperti Paulus: “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.” (Wahyu 2: 2).
Paulus adalah satu-satunya orang dalam Alkitab yang mengatakan kepada orang-orang Efesus bahwa dia adalah seorang rasul, padahal bukan. (Efesus 1:1). Menurut Lukas, orang-orang Efesus menolak keras kesaksiannya: “Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah. Tetapi ada beberapa orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan Tuhan di depan orang banyak ..... ” (Kisah 19: 8-9).
Efesus berada di Asia dan, seperti yang diakui Paulus kepada Timotius; Paulus ditolak oleh semua orang Kristen di Asia: “Kamu tahu, bahwa semua orang di Asia telah berpaling dariku.” (2Timotius 1: 15). Faktanya, mereka bahkan menjatuhkan "hukuman mati" padanya. (2Korintus 1: 8-9).
Itulah sebabnya mengapa Paulus merasa perlu untuk berpaling dari Asia dan memohon kepada orang-orang Korintus di Eropa: “Jika bagi orang lain aku bukan rasul, paling tidak aku adalah rasul bagimu. Sebab, kamu adalah meterai kerasulanku dalam Tuhan.” (1Korintus 9: 2). Permohoan untuk mendapatkan pengakuan publik ini menyedihkan, terutama bila mengingat kebanggaan Paulus sebelumnya yang bermegah-megah mengaku sebagai rasul Yesus: "Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati," (Galatia 1:1). Para rasul tidak dipilih oleh anggota gereja: para rasul dipilih secara eksklusif oleh Yesus.
Jika segala bualannya mengaku bertemu Yesus dalam perjalanan ke Damsyik memang benar (Kisah 9: 5-7), maka catatlah ini: Yesus memanggil Paulus sebagai pelayan, bukan sebagai rasul: "Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti." (Kisah 26: 16).
Ketika Ananias pergi menemui Paulus, dia tidak memanggilnya Rasul Saulus tetapi “Saudara Saulus.” (Kisah 9: 17). Ketika penulis epistel ke-2 Petrus juga menyebut Paulus, dia tidak menulis "Rasul Paulus" tetapi “saudara Paulus.” (2Petrus 3: 15).
Yohanes berkata kita harus menguji roh apakah memang benar mereka berasal dari Allah. (1Yohanes 4:1). Mari kita melakukannya pada Paulus. Dia berkata kepada orang-orang Galatia: “Adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” (Galatia 1: 10). Tetapi kemudian dia mengaku kepada jemaat di Korintus: "aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal" (1Korintus 10: 33).
Dengan demikian Paulus dijerat oleh kata-katanya sendiri. (Amsal 6: 2). Sekalipun dia mengatakan tidak, tapi nyatanya dia masih berusaha untuk menyenangkan manusia. Jadi, menurut ukurannya sendiri, Paulus bukanlah seorang hamba Kristus!
Begitulah cara Roh Tipu Daya menyingkapkan kelakuan para pendusta!
[Femi Aribisala | vanguardngr.com]
Tidak ada komentar