Rekomendasi

ads header

Baru

Tidak Ada Sensus Romawi Saat Yesus Lahir

Tulisan ini akan mudah dipahami jika Anda telah membaca Kelahiran Yesus dan Sensus Quirinius.

Kapan Yesus lahir  Menurut Lukas, itu terjadi selama pemerintahan Gubernur Romawi Quirinius, pada saat itu sebuah sensus diperintahkan oleh kaisar Augustus ke seluruh dunia. 

Menurut Lukas dan Matius kelahiran Yesus terjadi ketika masa pemerintahan raja Herodes Agung.  Dari sinilah kemudian timbul masalah sejarah yang sangat ruwet! 

Kenapa? karena Herodes mati pada tahun 4 SM, atau 10 tahun sebelum terjadinya sensus Quirinius. Selain itu, pada masa pemerintahan Herodes sendiri tidak ada catatan tentang sensus Romawi yang terjadi di wilayahnya, yakni Yudaea dan Galilee, di mana Bethelem dan Nazareth berada. Masa itu Herodes telah memungut pajaknya sendiri dan menyerahkan upeti kepada Romawi. Terakhir, berlakunya sebuah sensus secara serentak di seluruh wilayah kekaisaran bertentangan dengan tradisi kerajaan Romawi yang biasanya mengumpulkan pajak dari satu provinsi ke provinsi lainnya. [Lebih detil lihat di sini.]

Karena Lukas 1:5 menyatakan kelahiran Yesus terjadi di "masa Herodes, Raja Yudea" yang mati pada tahun 4 SM, maka kemudian ia pun terpaksa mengarang sebuah cerita tentang perjalanan sangat jauh dari Galilee ke Bethlehem agar cerita kelahiran Yesus itu cocok dengan catatan sensus yang berlaku ketika "Quirinius sebagai Gubernur Syria." 

Kenapa? Karena para sejarawan tahu bawa satu-satunya sensus yang pernah dilakukan ketika Quirinius menjadi Gubernur di Syria hanya meliputi wilayah Yudaea. Bukan Galilee, dan itu pun terjadi pada tahun 6-7 M, atau sepuluh tahun pasca kematian Herodes Agung! 

Dalam kebingungannya untuk menghubungkan kisah "anak asuh" orang Galilee yang "seakan-akan" kelahiran Bethlehem itu, Lukas juga keliru dalam menuliskan fakta-faktanya. Sesungguhnya, kebingungan Lukas sudah tampak jelas dalam beberapa hal yang sebenarnya tidak masuk akal, seperti tidak perlunya seorang wanita hamil melakukan perjalanan sejauh lebih dari 100 KM justru di hari-hari terakhir menjelang melahirkan, atau sama jelasnya dengan mendaftarkan Yusuf sebagai keturunan Daud di kampung leluhur, bukannya mendaftarkan Maria yang orang Lewi. 

Tapi jeleknya, Lukas telah memaksakan terjadinya sebuah dislokasi universal untuk sebuah registrasi pajak sangat sederhana yang dapat membuat kita semua membayangkan betapa gilanya pemerintah Romawi yang mewajibkan jutaan manusia dalam wilayah kekaisarannya untuk melakukan perjalanan jauh sampai ratusan kilometer ke desa-desa asalnya (leluhur) hanya untuk menandatangani selembar nota pajak! 

Ini belum termasuk bahwa pada kenyataannya, peristiwa seperti itu sesungguhnya tidak pernah terjadi dalam sejarah kekaisaran Romawi, sekalipun Mikha 5:2 memang harus digenapi. [Randel Helms, Gospel Fictions, pp. 59-60]

Sejauh ini kesalahan yang terjadi nampaknya masih belum mencolok. itu sebabya banyak umat kristen abangan yang tidak menyadari ini. Padahal sejatinya Injil kanon sudah keliru mengaitkan sebuah sensus lokal di Yudaea dengan sensus berdasarkan dekrit kaisar Augustus. Injil Lukas coba untuk mencatat tanggal cerita Quirinius, dimana pun itu, seperti yang dimiliki Matius, yakni terjadi ketika Herodes Agung berkuasa. Tapi pada gilirnnya hal ini berubah menjadi masalah rumit. Sebab dengan demikian terjadi kontradiksi pada cerita Lukas. 

Jika Quirinius adalah Gubernur, maka sensus Romawi boleh dianggap kredibel. Tetapi bila itu terjadi pada masa Herodes, jelas merupakan sebuah kesalahan. 

Terjadi juga kontradiksi dengan cerita Matius: Jika sensus Romawi di masa Quirinius dianggap benar, maka Herodes yang dimaksud di sini pasti bukan Herodes Agung, dan cerita Matius dari "sumber kabar burungnya" tentang pembantaian anak-anak tidak berdosa serta kisah pelarian ke Mesir pun, berdasarkan kronologisnya menjadi tidak mungkin. Tapi jika Herodes yang dimaksud di sini adalah Herodes Agung, di sana tidak ada sensus berdasarkan perintah kaisar Augustus.  Sekalipun memang ada, catatan Injil Lukas ini tetap akan menghadapi berbagai masalah lainnya. [Robin Lane Fox, The Unauthorized Version: Truth and Fiction In The Bible, Penguin Books Ltd, 1991, pp. 30-31]

Kendati terbukti bahwa registrasi seluruh warga negara Romawi pernah terjadi pada tahun 28 SM, 8 SM, dan 14 M serta pendaftaran sensus di provinsi-provinsi tertentu untuk penduduk non-warganegara Romawi juga dapat dibuktikan, nyatanya berdasarkan sumber-sumber non-Perjanjian Baru, data mengenai sensus di seluruh wilayah kekuasaan Romawi atas perintah kaisar Augustus tidak pernah diketahui. Dan lagi, timbul permasalahan historis terkait penanggalan sensus versi Lukas ketika Quirinius adalah Gubernur Syria. Berbagai upaya untuk memecahkan keruwetan ini telah terbukti tidak pernah berhasil. Quirinius menjadi Gubernur dari provinsi Syria pada tahun 6-7 M ketika Yudea dianeksasi kedalam provinsi Syria. Pada masa itu, sebuah sensus di provinsi Yudea digelar. 

Jika Quirinius telah menjadi Gubernur Syria sebelumnya, maka itu harus terjadi sebelum tahun 10 SM karena banyak yang menjadi Gubernur Syria dari tahun 10 SM hingga 4 SM (tahun kematian Herodes) yang tercatat dalam sejarah. Dan sebuah tanggal bagi sebuah sensus lebih awal di bawah pemerintahan Quirinius akan menimbulkan masalah tambahan bagi penanggalan awal dari misteri Yesus (Lukas 3:1, 23). 

Catatan resmi sebelumnya, yaitu antara tahun 4 SM s.d 6 SM tidak akan cocok dengan penanggalan kelahiran Yesus yang diceritakan pada zaman Herodes (Lukas 1:5; Matius 2:1). Lukas mungkin secara sembarangan mengkombinasikan kelahiran Yesus di Bethelehm dengan kesamaran dari sebuah sensus dibawah pemerintaan Quirinius (Lihat juga Kisah Para Rasul 5:37) guna menguatkan signiffikansi kisah kelahiran Yesus ini bagi dunia Romawi secara keseluruhan melalui anak yang lahir di Bethlehem sehingga damai sejahtera dan penyelamatan datang ke kekaisaran Romawi. [Lihat lebih detil di sini.]

Lukas mencatat bagaimana sebuah dekrit diterbitkan oleh kaisar Augustus yang menyatakan bahwa "seluruh dunia akan diregistrasi". 

Masalahnya adalah bahwa secara historis ini tidak dapat ditelusuri. Sederhananya, alasan Yusuf dan Maria ke Bethelem sebetulnya adalah untuk mendukung maksud-maksud teologis sang penulis cerita. Mesias harus berasal dari keturunan Daud dan berasal dari Bethlehem. Lukas menyatakan kelahiran Yesus terjadi ketika Quirinius menjadi Gubernur Syria. Artinya peristiwa ini tidak terjadi sebelum tahun 6 SM, tahun di mana kita tahu merupakan saat Quirinius mulai melaksanakan tugas-tugasnya. 

Pada waktu yang sama, Matius mengatakan Yesus lahir ketika Herodes Agung adalah penguasa di Yudea. Padahal Herodes Agung mati pada tahun 4 SM! 

Dengan begitu, pengarang misteri kelahiran Yesus ini tanpa sadar telah menyatakan bahwa keajaiban sesungguhnya justru terletak pada Maria, bukan pada Yesus! Sebab jika kedua referensi dari Lukas dan Matius benar-benar dijadikan acuan, maka terlihat dengan jelas bahwa secara ajaib Maria mengandung Yesus selama 10 tahun! Sedangkan keajaiban Yesus hanya terletak pada tanah lahirnya saja, yaitu menurut Matius di Bethlehem, sedangkan menurut Lukas di Nazareth. [Tom Harper, The Pagan Christ, pp. 125-126]

"Meskipun kisah kelahiran Yesus dalam Matius dan Lukas diam-diam dapat disepakati untuk tradisi orang-orang Nazareth, namun Matius harus mengarang sebuah alasan logis baru agar tampak bahwa keluarga suci ini kembali ke Nazareth dari rumah mereka di Bethlehem atau tempat berkumpulnya orang Mesir. Itu sebabnya Matius tidak menyangkal asal usul Yesus dari Nazareth (Mat. 2:21)." 

Lukas, yang mengasumsikan kebenaran adanya sebuah rumah di Nazareth di mana Yesus menghabiskan masa kanak-kanaknya, harus mengembangkan sebuah cerita baru sehingga pembaca melihat ibunda Yesus keluar dari Nazareth, setidak-tidaknya pada saat melahirkan Yesus. Jadi, itu sebabnya kenapa kita membaca di injil adanya peristiwa sensus atau pendaftaran pajak yang terjadi ketika Quirinius menjabat sebagai Gubernur Syria. 

Tapi nyatanya, tidak ada catatan resmi tentang sensus dimaksud, sehingga tentu saja hampir secara universal ditolak dengan berbagai alasan seperti di antaranya; karena pada masa itu Quirinius tidak sedang menjabat sebagai Gubernur Syria (yang menurut catatan sekuler, hingga tahun 6-7 M) dan saat itu seharusnya Yesus sudah berusia sekitar 10 tahun. Berikutnya, tidak pula ada catatan yang berasal dari sumber sekuler yang menunjukkan bahwa kembali ke tempat asal (kampung leluhur) diwajibkan kepada warganegara Romawi pada setiap peristiwa sensus, atau untuk menyelasikan setiap urusan perpajakan. [John Shelby Spong, Resurrection: Myth of Reality hal. 172]


Kesimpulan:
  1. Cerita tentang kelahiran Yesus dalam injil kanonik ternyata hanya merupakan karangan orang-orang yang sama sekali tidak menguasai sejarah, dan karenanya menjadi cacat sejarah.
  2. Cerita tentang kelahiran Yesus semata-mata dimaksudkan hanya untuk memenuhi nubuat kitab sebelumnya bahwa Messias yang ditunggu-tunggu oleh bangsa Israel harus berasal dari keturunan Daud dan lahir di Bethlehem. Lebih jelas tentang ini, baca Silsilah Yesus. Siapa yang berdusta; Tuhan, Penulis Injil, atau Editor Alkitab? 
  3. Selama 20 abad ini ternyata umat kristen cuma meyakini "cerita-cerita burung" yang dijadikan sebagai landasan iman tanpa perduli bahwa itu melawan ajaran Yesus. Bukti bahwa injil kanonik berasal dari kabar burung dapat dilihat di sini.


[Sumber: Catatan dari PR Gus Ragil]


Baca Juga

Tidak ada komentar